Sebagai sistem operasi terbuka, tentu membuat Android sangat mudah untuk dikostumisasi dan dimodifikasi sedemikian rupa. Kita bisa mengganti ROM, update OS, melakukan flash, hingga factory reset sendiri tanpa harus bingung bagaimana cara melakukannya. Namun, ketika ponsel Android kita mengalami kerusakan, entah itu setelah melakukan instal custom ROM, flash, update system atau yang lainnya, maka dalam istilah Android, itu digambarkan dengan istilah soft brick atau hard brick. Sebenarnya, apa sih perbedaan antara soft brick dan hard brick? Bagaimana ciri-cirinya? Lalu apa solusi untuk mengatasinya? Penasaran, simak ulasan lengkap mengenai perbedaan antara soft brick dan hard brick Android berikut ini :
Soft Brick
Soft brick, seperti halnya namanya, (“soft†singkatan dari software) merupakan kondisi dimana perangkat Android kita mengalami masalah atau kerusakan dari segi software-nya seperti ponsel Android mengalami bootloop atau phone freezing (ponsel membeku) pada suatu titik selama proses booting. Hal ini hanya bisa terjadi jika ponsel mengalami masalah software terutama saat melakukan upgrade OS atau flashing ROM.
Jika perangkatmu ternyata mengalami softbrick, maka kamu masih beruntung, karena ada kemungkinan peluang 90% kamu masih bisa memperbaikinya sendiri tanpa membutuhkan bantuan profesional atau menghabiskan ratusan ribu rupiah untuk biaya servis.
Karakteristik ponsel yang mengalami soft brick adalah :
- Ponsel stuck di logo merek pabrikan
- Ponsel stuck di animasi booting
- Ponsel akan secara otomatis mengalami bootloop
- Ponsel tidak bisa masuk ke dalam Recovery Mode
- Ponsel hanya bisa masuk ke Download Mode
- Terjadi error saat melakukan flash firmware yang baru
Cara mengatasi soft brick pada ponsel Android
Tingkat 1 :
Pada tahapan ini, kamu akan masih bisa untuk booting dalam Recovery mode (baik itu custom / stock) namun kamu akan stuck di logo merek ponsel atau animasi booting. Dalam kasus seperti ini, maka yang harus kamu lakukan adalah untuk mem-flash stock ROM yang asli kembali ke perangkatmu, dengan cara menyalin file zip asli pabrikan ponselmu (jika ada) ke eksternal SD card dan mem-flashingnya lewat Recovery Mode atau CWM.
Tingkat 2 :
Jika situasinya kamu tidak mampu booting ke stock/ custom recovery mode, maka kamu berada pada tingkatan yang ke 2. Dalam kasus ini, kamu harus menggunakan flash tool khusus smartphone, seperti berikut ini:
- SP FLASH TOOL (khusus untuk ponsel dengan chipset MTK)
- ODIN (khusus untuk perangkat Samsung)
- Mi Flash Tool (khusus untuk perangkat Xiaomi), dan yang lain-lain.
Pastikan pula kamu sudah menginstal USB drivernya yang sesuai agar smartphone terdeteksi oleh PC.
Hard brick
Hard brick merupakan suatu situasi dimana perangkat Androidmu tidak bisa booting sama sekali (lebih parah daripada bootloop) alias mati total. Hal ini terjadi saat kamu mencoba menginstal ROM yang tidak dibuat untuk perangkatmu (tidak cocok) atau menggunakan ROM Manager secara tidak tepat. Hard brick akan lebih sulit untuk diperbaiki dan seringkali membutuhkan bantuan tenaga profesional di bidang smartphone.
Saat ponsel mengalami hardbrick, kernel dari perangkatmu akan menjadi berantakan, terutama karena kamu salah dalam menginstal ROM atau kernel. Mem-flash ROM ysng tidak diperuntukkan untuk perangkatmu bisa membuat system tidak mau booting sama sekali, karena hal tersebut juga akan mem-flash kernelnya. Kernel adalah sesuatu yang bisa memungkinkan software ponselmu bisa berinteraksi (berhubungan ) dengan hardwarenya. Ada lintasan di dalam kernel yang disebut “bootclasspath”, dan jika hal itu seharusnya bukan untuk perangkatmu (tidak cocok), maka kamu akan mengalami hard brick, karena lintasan inilah yang memberitahukan ponselmu bagaiamana cara booting.
Cara mengatasi hard brick
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, jika ponselmu mengalami hard brick, maka akan lebih sulit lagi untuk diperbaiki. Kamu harus memperbaikinya dengan menggunakan JTAG (jika kamu memilikinya dan mampu menggunakannya) Â atau kamu harus mengirimnya ke pusat servis JTAG yang bereputasi untuk diperbaiki.