Kemajuan teknologi memang sangat membantu kita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Seperti untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan bahkan untuk merencanakan sebuah bisnis. Namun terkadang, kemajuan teknologi ini dikeluarkan dari rel-nya sehingga menimbulkan kontroversi yang bisa menyebabkan sesorang kehilangan pekerjaan atau malah harus duduk di kursi pesakitan.
Sebagai contoh, kita tarik sebuah kasus yang bermula atau diteruskan lewat sebuah tweet. Lihat saja, kasus DP dan Jupe yang berimbas pada suspended-nya akun twitter Jupe pada tahun lalu. Yang baru saja terjadi, kasus sang pengacara kontroversial, Farhat Abbas vs pentolan DEWA 19 yang saling perang di twitter.
Ternyata kasus seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, di luar negri juga ada, bahkan sampai akhirnya dipecat dari pekerjaan eksekutif gara-gara sebuah tweet. Makanya hati-hati, jadikan akun twitter sebagai jejaring sosial untuk bersosialisasi, bukan untuk perang kata, saling ejek & hina.
Pada Tanggal 4 Mei 2014, PayPal dalam akun twitternya @paypal menyatakan bahwa Rakesh Agrawal sudah tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan. Paypal tidak memberikan toleransi terhadap apa yang dilakukan oleh Agrawal dengan bertindak tidak sopan dan tidak menghormati orang lain.
Dalam waktu kurang dari 24 jam, Rakesh Agrawal yang sekarang telah menjadi mantan eksekutif di Paypal dalam akun twitter @rakeshlobster membenarkan adanya pemecatan dari pihak Paypal. Namun, sebelumnya Ia sudah terlebih dahulu mengajukan surat permohonan pengunduran diri.
@rakeshlobster “P.s. the tweet from paypal is factually correct but utterly misleading. I resigned before the events of Friday nightâ€
Sebenarnya ada apa kok sampai dipecat..? Berawal dari tweet Rakesh Agrawal yang terkesan menghina dan meremehkan kepada sesama rekan kerjanya di PayPal. Agrawal menyebut Christina Smedley, selaku Vice President of Global Communications PayPal sebagai “manajer kelas menengah yang tidak berguna”.
Menurut pengakuan Rakesh Agrawal, sebenarnya Ia tidak bermaksud ngetweet, dia ingin mengatakan hal tersebut lewat pesan pribadi atau direct message. Akhirnya, smartphone barunya yang menjadi sasaran Agrawal (salah pencet mungkin) :). Tapi, nasi sudah menjadi bubur, permohonan maaf dari Rakesh Agrawal pun tidak lantas bisa mengembalikan pekerjaannya yang telah melayang. [referensi; twitter.com | kompas.com]