Persaingan pasar smartphone semakin ketat saja. Para vendor, baik global maupun lokal saling berlomba menyuguhkan produk smartphone yang dilengkapi beragam fitur unggulan. Kalau dulu persaingan berpusat pada smartphone kelas menengah ke atas (mid to high end), kini arah angin telah berubah drastis. Konsentrasi pasar kini berbalik arah ke kelas menegah ke bawah (mid to low end). Mengapa ini bisa terjadi? Hal ini disebabkan karena jebloknya penjualan smartphone kelas premium. Tengok saja Samsung yang kini tertatih-tatih menjual Galaxy S5 yang dulu digadang-gadang akan melampaui rekor penjualan pendahulunya, S3 dan S4, atau LG yang kini tengah sibuk memasarkan seri smartphone premium terbarunya, LG G3.

Lalu, kira-kira apakah yang menjadi biang keladi dari semua kegalauan ini? Tidak lain adalah hadirnya vendor asal Tiongkok yang berani menawaran smartphone dengan kualitas premium, namun bisa ditebus dengan harga murah seperti halnya Xiaomi, Lenovo, dan Huawei. Tidak tanggung-tanggung, Xiaomi dengan berbangga diri mengeluarkan produk Xiaomi Mi3, smartphone dengan kualitas yang setara HTC One M8 (harganya diatas 7 jutaan, Red) namun bisa diperoleh hanya dengan harga tiga jutaan. Atau dengan produk Redmi 1S, smartphone dengan spesifikasi mid end, namun harganya tergolong untuk kelas low end (hanya 1.5 juta, Red). Denga jurus ini, Xiaomi ungguli Samsung dan bikin geger pasar smartphone. Huawei pun tak mau kalah dengan memamerkan produk-produk berkualitasnya lewat Huawei Honor 3. Memang diakui, vendor asal Tiongkok tersebut berani memangkas biaya produksi dan mengambil untung sedikit demi menghadirkan smartphone yang semakin murah.
Inilah yang membuat ketar-ketir vendor branded yang sudah kadung mapan berada di posisi jawara sebelumnya, Samsung dan LG. Samsung harus rela banting harga demi menggenjot penjualan. Terbukti lewat rilis produk terbarunya, Samsung Galaxy K Zoom. Dengan spesifikasi kelas atas seperti Sony Xperia Z2 yang dibanderol dengan harga 8 jutaan, Galaxy K Zoom sudah bisa didapat dengan harga 3.2 juta saja. Bandingkan dengan pendahulunya Galaxy S4 yang memiliki kamera hanya 8 MP, namun harganya mencapai hampir 5 juta.
Langkah untuk menurunkan harga jual sebenarnya sudah mulai dilakoni pesaing Samsung, LG. Lewat produk terbarunya G3, LG tidak lagi mematok harga terlalu tinggi, smartphone premium ini sudah bisa diperoleh dengan harga 7 juta, lebih murah satu juta dibanding Galaxy S5. LG juga mulai menyasar pasar low end dengan mengeluarkan tiga seri sekaligus, LG L20, L30, dan L50. Ketiga smartphone yang sudah menggunakan OS Android KitKat ini, diprediksi akan menghabisi para pesaing di lapis Rp. 1 jutaan ke bawah. Terobosan LG ini, dinilai selangkah lebih maju dari Samsung yang masih belum berani berspekulasi di segmen ini. Samsung hanya memiliki Galaxy Y dengan harga 850 ribu, itupun sudah termasuk produk lawas.
Terlepas dari semua hal tersebut, banyak pengamat yang masih meragukan langkah-langkah yang dibuat Samsung ataupun LG. Menurut mereka, para konsumen di Indonesia, rata-rata menginginkan smartphone yang memiliki fitur premium yang berharga terjangkau yang sesuai dengan kemampuan budget-nya. Jadi, kalau tidak mau semakin tergusur, jurus yang paling jitu adalah mengeluarkan smartphone kelas high end, tapi dengan harga murah seperti yang dilakukan oleh Xiaomi. Apakah Samsung dan LG juga akan mengikuti jejaknya? Kita tunggu saja.